Coney Island

lou
4 min readJun 1, 2021

--

Historia

Sulit.

Mendapatkan butir atensi dari kamu, seorang Eren Jaeger adalah sulit. Mungkin jika fraksi jiwaku dicacah lagi, fokusmu masih tidak akan beralih. Padahal kamu juga belum mengungkung langkah.

Maka aku coba memanfaatkan setiap klausa kecilmu sebaik-baiknya.

Kompleks.

Untuk memahami pikiran yang berotasi di benakmu, aku butuh sebuah pemahaman atas kekompleksan jiwa seseorang.

Yang bahkan tak bisa kupecahkan teka-tekinya.

Tapi jika empatiku tidak terbuang untuk memanifestasikan pirsamu, maka untuk apa aku dikreasikan dengan genap simpati?

Dan kalau menurut perspektif acakmu relasi kita akan melewati jangka berkarat yang diganti nikelnya, bagaimana bisa berakhir sebelum jarum jam sempat berputar?

Apakah campur tanganku berperan dalam rusak hubungan kita? Atau aku sudah membuatmu muak begitu keterlaluan sehingga pedulimu sekarang lebih kamu khususkan kepada hal lain selain diriku?

Karena aku seperti duduk pada bangku kayu di Coney Island, terpisah denganmu sebentar tanpa membawa petunjuk arah, bertanya-tanya kemana kamu pergi.

Dengan ditemani waktu yang berlari cepat, lampu jalanan yang begitu terang, korsel yang berputar, dan roller coaster yang mendesing sepanjang lintasannya. Aku meminta maaf, karena mungkin ibaratnya menuntut jawabanmu atas terjemahan bahasa, ketika kamusnya ada di tangan kiriku. Dan repetisi yang dilanjutkan.

Kali ini aku kehilanganmu tanpa konfeti ucapan selamat ulang tahun. Berselempai di lantai dengan kubra bahagia menyelimuti kelopak mata.

Seperti matahari yang tenggelam, aku merasa eksistensi sekitarku menjadi lebih sepi.

Apakah kamu merindukan orang sepertiku? Yang menulis sejuta kebahagiaan di kertas harapan lalu membakarnya di samping tempat sampah?

Apa kamu akan memaafkan jiwaku, ketika jiwamu sendiri sudah jauh lebih dewasa, dan terlalu sibuk dengan masa depan sehingga masa lalu menjadi bahan kesampingan?

Ketika kamu berada pada titik terendah tujuan entitasmu selama ini, aku memberimu tangga untuk naik dari titik itu.

Tapi dalam pidato kemenanganmu, sepertinya kamu lupa mengucapkan namaku.

Dan apakah aku membiarkanmu menunggu setiap hari? Atau kamu berada di lorong tokoku, berdiri dengan kue ulang tahun, mengucapkanku selamat?

Atau, apakah aku tidak sengaja menumpahkan corak lara di potret sukacitamu, di paralelitas dunia? Karena aku tak pernah memegang kaleng cat.

Maaf andaikata presensiku membuatmu semata ingin menyingkirkanku, selalu begitu.

champagne problems

bangku kayu, kaki besinya sudah berkarat.

cukup menampung semua dimensi emosi historia.

dengan refleksi aura uang berbeda dari sekian banyak eksostensi, historia duduk di bangku coney island.

tersekat dari orang yang tertawa, ada wanita yang merenung dua mata.

simfoni.

analogi rotasi Uranus tidak sampai ia raih, ketika konfigurasinya duduk antara gas Triton.

Jalan yang ditapaki banyak kaki ksbur hakikinya.

jarum detik, lalu menit, terakhir jam berputar.

desing gesek suara roda roller coaster berpacu di rungunya. dengan suara yang mirip huusan pisau.

korsel melaju, putarannya searah jarum jam yang kekbuat historia menyandingkan keduanya.

berepetisi, figur kuda korsel naik dan turun menyesuaikan frekuensi. menghasilkan decif yang tidak kengganggu galaksi historia untuk berkontemplasi.

dari dunia yang berputa sana-sini

repetisinya berhenti, menangkuo kecewa kanak yang sedang membuat elegi.

satu gulung film disudahi, saatnya kini beralih gasing atensi.

roller coaster, nyaring gaya gesek rodanya berkolaborasi dengan jerit histeris penumpangnya.

dari bayang historia tampak keretanya setara dengan awan di troposfer.

kesetaraan itu tak lama bisa memanjakan netra. karena setelah itu setitik, bukan, ribuan titik presipitasi turun dari langit, seperti konfeti yang memberi perayaan atas ceceran patahnya hati historia.

seharusnya sedari tadi historia sadar, jumantara strata cerah yang dari dimensi retinanya tepat di atas puncak hysteria berganti palet menjadi pekat.

runtuhnya presipitasi membelah diri,

makin banyak hingga deru rinainya saat turun berkolaborasi dengan tajam desing roller coaster terakhir.

teriakan histeris para penumpang sudah berakhir, ditutup rekordingnya dengan pertunjukan titik terang di langit pekat.

titik terang tersebut bercabang, masingnya membawa atom neon untuk disalurkan.

seperti pesta cahaya oleh entitas insan di atas awan.

sebuah titik di langit muncul, seperti seseorang menanda daerah jangkauannya untuk diperintahi.

titik itu bercabang, masing-masing atomnya dilebur dengan neon yang diberi energi suara.

energi suara itu ribuan kali pekak.

guntur menyambut kepergian sang kekasih.

historia masih terpaku di bangu kayu, seperti dialah bagian dari stupa disana.

barulah ketika tinju presipitasi makin keras, lilin yang dari tadi membuatnya menjadi seperti manekin pudar.

seolah menjadi suara latar dari imajinya sedari tadi.

hypocrite, orang menjelajahi coney island untuk mencari kesenangan, bukan ketenangan.

historia tidak mendapat ketenangan, namun cakram kontemplasinya bergetar.

Eren

Apa?

Pertanyaan itu mengganggu kepalaku. Apa penghasilan pahit yang kuterima setelah lagakku bersandiwara menyuruhmu pergi, dan mendorongmu ke ujung ngarai?

Historia Jae- ; ralat, Reiss, kamu terlalu sopan saat melangkahkan kaki dari halamanku.

Tanpa sengit, kamu tersenyum dan meninggalkan aku, jangka empat milidetik sebelum penyesalan instan.

Mungkin kamu menginginkannya dari dulu, dimana kita tak terikat lagi. Karena apa gunanya benang transparan menyangkutkan kita jika aku tak mengeluarkan reaksi.

Karena kita dulu seperti jungkat-jungkit sebelum kanak-kanak mengetahui internet. Tempat paling berbahagia sesaat sebelum problematika yang entah darimana akarnya tumbuh menjadi pohon.

Relasi dengan miliaran mimpi anak pinggir kota, liar tanpa penjinakan.

Mungkin karena itu aku tak mampu mengukir satu momen bahagia, walau rak bukumu terletak jauh di atas.

Dan entitas sepi selalu memukul leherku, karena energi ketiadaan eksistensimu yang menyuruhnya.

Apakah kamu merindukan orang sepertiku? Yang merusakkan lampion cahaya lalu menerbangkannya hanya untuk berdansa dengan kunang-kunang?

Apa kamu akan memaafkan jiwaku, ketika jiwamu sendiri sudah jauh lebih dewasa, dan terlalu sibuk dengan masa depan sehingga masa lalu menjadi bahan kesampingan?

Apakah kamu sedang menunggu di perempatan jalan dimana kita dulu biasa berhenti di jam 2 malam? Dengan beberapa pohon di pinggirnya, dan jam emas besar?

Apakah aku tak sengaja merusak kanvas terindahmu dengan galabah ketika kamu ingin menggambar awan musim panas? Tapi sepertinya aku memang melakukan hal itu.

Dan kecelakaan itu, sebelum semuanya hilang. Wajahmu pertama muncul di mataku.

Maaf karena belum menjadikanmu matahari ketika aku bumi yang mengelilingi bidang ekliptikanya.

Maaf Historia, aku belum bisa menjadi ekspresif secara nyalang.

— — —

Ketuk palu itu mendominasi.

Separasi jalan Eren dan Historia seharusnya bisa ditoleransi.

--

--

lou
lou

Written by lou

0 Followers

putting roots in your dreamland

No responses yet